disaat kita ingin berhenti,
waktu kan terus berjalan,
jadi,
tak ada alasan untuk berhenti,,
keep fighting!!!
ganbatte ne...
chaiyoooo.........
Selasa, 04 Desember 2012
Selasa, 27 November 2012
Si Kancil Nakal
*ayo menyanyi*
Si Kancil anak nakal
Suka mencuri kemun
Ayo lekas ditangkap
Jangan diberi ampun
Si Kancil anak nakal
Suka mencuri kemun
Ayo lekas ditangkap
Jangan diberi ampun
Selasa, 06 November 2012
Tujuh Hari Dalam Seminggu
Senin
=> biasanya muncul di pagi hari, memberikan semangat membaranya, membawa
energi positif untuk mengawali hari,, kalo udah malem, pasti lupa buat ngucapin
salam,,
Selasa
=> sama sekali ga pernah muncul, malah kadang-kadang menghilang tanpa
jejak,, bingung katanya, dan "hahaha" komentar khasnya kalo ditanya
tentang hal ini,,
Rabu
=> jarang muncul, cuma sesekali aja kalo lagi inget, dan dengan wajah
polosnya yang membuat "hari lain" gemes,,
Kamis
=> selalu muncul dengan kamis manisnya, tapi suka susah sinyal sejak
terasing nun jauh disana,,
Jum'at
=> selalu muncul dengan happy jumuah mubaroknya, menjadikan jumat hari yang
berkah untuk kita semua,,
Sabtu
=> biasanya muncul dengan pesan sponsornya, tapi kontraknya udah mau abis,,
selalu semangat dengan hari sabtunya, suka engga jelas plus moody abis,,
Minggu
=> udah ga pernah muncul lagi, tapi kadang-kadang muncul di hari lain,
membuat keseimbangan hari jadi kacau,,
nb.
tapi kadang muncul juga hari yang ga disebutkan, anggap saja dia hari
kedelapan,, walopun ga ada di kalender, tapi selalu ada di hati kita,,
itulah
tujuh hari dalam seminggu saya,, hari-hari yang penuh warna dan keceriaan,
karena mengandung cerita yang berbeda di setiap harinya,, hari-hari yang tak
mengenal perbedaan, jarak dan waktu,, hari-hari yang hanya mengenal ketulusan,,
^^
Kamis, 18 Oktober 2012
Ulang tahun, hadiah, dan senyum Kakak Ketiga
Sebentar
lagi Kakak Ketiga akan berulang tahun, keluarga kijang merah tengah sibuk
menyiapkan pesta untuk merayakannya. Mereka membuat kue, menyebar undangan, dan
tidak lupa menyiapkan pula kejutan untuk Kakak Ketiga. Untuk hal yang terakhir
ini tanpa sepengetahuan Kakak Ketiga tentunya.
Hari yang
dinanti pun tiba. Pesta ulang tahun Kakak Ketiga berlangsung meriah. Seluruh
penduduk hutan hadir untuk mengucapkan selamat. Tidak lupa Paman juga turut
hadir. Paman datang jauh-jauh dari kota untuk ikut merayakan ulang tahun
Kakak Ketiga. Kakak Ketiga sangat bahagia di hari ulang tahunnya ini.
Acara pun dimulai. Tiup lilin, potong kue, dan kemudian pemberian hadiah. Banyak sekali hadiah yang didapatkan Kakak Ketiga. Sedangkan keluarga kijang merah sendiri telah menyiapkan sesuatu yang istimewa.
Kemudian Adik Imut pun meminta Kakak Ketiga untuk membuka
papan yang memang sejak acara dimulai selalu tertutup kain. Kakak Ketiga
sendiri tidak tahu menahu tentang papan itu. Dengan perlahan-lahan, dibukalah
kain penutup papan tersebut. Dan deretan bunga cantik bertuliskan “Selamat Ulang
Tahun Kakak Ketiga, kami menyanyangimu” pun semakin membuat Kakak Ketiga
terkejut. Huruf-huruf dari bunga-bunga cantik ini dirangkai sendiri oleh Abang
Pertama, Abang Kedua, Adik Pertama, Adik Imut, dan Adik Bungsu. Dan ini sungguh
membuat Kakak Ketiga gembira, dia sangat menyayangi saudara-saudaranya.
Akhirnya, acara pun selesai. Semua hadirin pulang ke pondok
masing-masing. Kakak Ketiga pun segera membuka hadiah-hadiahnya,
saudara-saudaranya yang lain juga ikut membantu. Dari sekian banyak hadiah yang
diperoleh, hadiah buku cerita bergambar pemberian Paman lah yang sangat menarik
perhatian Kakak Ketiga. Kakak Ketiga pun
tidak sabar untuk segera membaca buku tersebut. Tak lama kemudian dia mulai hanyut
dalam bacaannya. Keluarga kijang merah pun memakluminya, karena Kakak Ketiga
memang suka sekali membaca, mereka pun membiarkan Kakak Ketiga asyik sendiri
dengan buku barunya.
Namun, keanehan mulai terjadi. Sejak
pesta ulang tahun hingga seminggu setelahnya, sikap Kakak Ketiga mulai berubah.
Kakak Ketiga masih saja asyik sendiri dengan buku cerita bergambarnya. Saat
makan bersama pun, walaupun Kakak Ketiga sedang makan bersama kijang merah yang
lain, namun pikirannya tidak berada di meja makan, entah ada dimana. Setelah
makan selesai, Kakak Ketiga kembali asyik dengan bukunya.
Hal ini
membuat saudara-saudaranya menjadi heran, dan juga meresahkan mereka. Apa yang
sedang terjadi dengan Kakak Ketiga? Semenarik apa buku itu hingga membuat Kakak
Ketiga berubah sikap seperti ini, seakan-akan tidak peduli lagi denagn hal
lain. Namun, tidak ada yang dapat mereka lakukan. Membiarkan Kakak Ketiga
adalah pilihan yang tepat untuk saaat ini. Mereka berpikir, kalau sudah selesai
dengan bukunya, Kakak Ketiga pasti akan kembali seperti semula. Namun mereka
tetap saja mengkhawatirkan keadaan Kakak Ketiga.
Beberapa
hari kemudian, pondok keluarga kijang merah yang hangat dan tenang tiba-tiba
dikejutkan oleh teriakan Kakak Ketiga. Kakak Ketiga kehilangan buku cerita
bergambarnya. Semua anggota keluarga kijang merah pun bingung, dan ikut
membantu mencari. Seisi rumah sudah diperiksa dengan sangat teliti, namun
barang yang dicari tidak ketemu.
Kakak
Ketiga sangat bersedih karena bukunya hilang, padahal ia sangat menyukainya.
Kakak Ketiga pun menangis. Ini akibat kesalahannya. Ia tidak menyimpan buku itu
dengan baik dan menaruhnya di sembarang tempat, sehingga hilang dan tidak tahu
ada dimana sekarang. Entah kenapa buku itu sangat berharga untuknya, buku itu
yang selalu menemaninya akhir-akhir ini.
Saudara-saudaranya yang lain pun mencoba untuk menghiburnya.
Adik Pertama pun memeluk Kakak Ketiga, mencoba untuk menenangkannya. Abang
Pertama, Abang Kedua, Adik Imut, dan Adik Bungsu juga memberinya semangat.
“Jangan menangis, Kakak Ketiga punya kami. Kami akan selalu
ada untuk Kakak Ketiga, apapun yang terjadi pada Kakak Ketiga, kami selalu
menyanyangi Kakak Ketiga.”
Mendengar ucapan Adik Pertama tersebut, tiba-tiba Kakak Ketiga
tersadar dalam tangisnya. “aku punya kalian”, kata-kata itu pun mengusiknya,
“aku punya kalian”, kenapa selama ini ia melupakannya. Ya, Kakak Ketiga
mempunyai lima saudara yang akan selalu peduli padanya, yang akan selalu
menjaganya.
Buku bergambar itu telah membuatnya asyik sendiri,
membuatnya lupa akan saudara-saudaranya. Namun, saudara-saudaranya tidak pernah melupakannya.
“Kami rindu Kakak Ketiga yang dulu, yang selalu tersenyum
dan riang gembira. Namun akhir-akhir ini Kakak Ketiga sering terlihat melamun
sambil memandangi buku cerita bergambar itu”, ucap Adik Bungsu dengan polosnya.
Paman yang mendengar berita inipun segera datang berkunjung
ke pondok kijang merah. Beliau pun menghibur Kakak Ketiga agar tidak bersedih
lagi. Dan beliau juga berjanji akan membelikan buku cerita bergambar itu lagi
jika Kakak Ketiga memang sangat menyukainya. Namun Kakak Ketiga sudah sadar, ia
tidak memerlukan buku itu lagi. Kehilangan buku itu memang membuatnya sangat
sedih, namun ia mempunyai sesuatu yang lebih berharga daripada buku itu.
Saudaranya-saudaranya, keluarga kijang merah, yang akan selalu mendukungnya.
“Aku tidak
perlu buku itu, karena aku sudah punya kalian. Terima kasih untuk ketulusan kalian.” Senyum Kakak Ketiga pun kembali hadir menghiasi wajahnya. Keluarga kijang merah pun
berpelukan dengan suka cita.
Senin, 24 September 2012
Rabu, 19 September 2012
ketika...
ketika teori tak seindah praktek,,
ketika hal yang benar tertutup oleh hal yang salah,,
dan...
ketika idealisme mulai dipertanyakan,,
ketika hal yang benar tertutup oleh hal yang salah,,
dan...
ketika idealisme mulai dipertanyakan,,
Minggu, 16 September 2012
aturan main jalan raya pare-wates
aturan no.1
truk selalu benar
aturan no.2
jika truk salah, maka kembali ke aturan no.1
aturan no.3
sepeda motor selalu salah
aturan no.4
jika sepeda motor benar, maka kembali ke aturan no.3
aturan no.5
menyalip itu dari sebelah kanan
_intermezzo malam_
Jumat, 14 September 2012
kimera, katana, bolang
kalau dipikir-pikir,
sudah lama sekali aku ga komunikasi sama kalian,
yah, mungkin kalo sekedar sms masih iya,
tapi cuma sekedar say hallo sama nanya kabar,
padahal sebenernya, banyak hal yang terjadi,
baik di antara kalian, maupun aku sendiri,
pasti telah banyak cerita yang terukir,
walaupun sekarang kita terpisah jauh,
namun, banyak yang tidak tersampaikan,
entah apa alasannya,,
mungkin sebenernya, aku yang malas cerita,
mungkin karena sedang sibuk dengan yang lain juga,
mungkin dapat kukatakan,
aku melupakan kalian,,
tapi telpon seorang sahabat semalam menyadarkanku,
"kamu punya kita"
benar sekali,
disaat sedang sendiri pun,
aku masih punya kalian,,
waaaa, dasar bodoh,
ingin sekali menempeleng kepala ini,
dan berkata keras-keras “BAKA”
kenapa aku bisa melupakannya,
sahabat-sahabat terbaikku,
yang selalu memikirkan sahabatnya,
yang selalu peduli dengan sahabatnya,,
maaf kawan,,
gomen nasai,,
“bukan meminta, tetapi diberikan”
lagi-lagi kalimat yang menampar wajah,,
sudah lama sekali aku ga komunikasi sama kalian,
yah, mungkin kalo sekedar sms masih iya,
tapi cuma sekedar say hallo sama nanya kabar,
padahal sebenernya, banyak hal yang terjadi,
baik di antara kalian, maupun aku sendiri,
pasti telah banyak cerita yang terukir,
walaupun sekarang kita terpisah jauh,
namun, banyak yang tidak tersampaikan,
entah apa alasannya,,
mungkin sebenernya, aku yang malas cerita,
mungkin karena sedang sibuk dengan yang lain juga,
mungkin dapat kukatakan,
aku melupakan kalian,,
tapi telpon seorang sahabat semalam menyadarkanku,
"kamu punya kita"
benar sekali,
disaat sedang sendiri pun,
aku masih punya kalian,,
waaaa, dasar bodoh,
ingin sekali menempeleng kepala ini,
dan berkata keras-keras “BAKA”
kenapa aku bisa melupakannya,
sahabat-sahabat terbaikku,
yang selalu memikirkan sahabatnya,
yang selalu peduli dengan sahabatnya,,
maaf kawan,,
gomen nasai,,
“bukan meminta, tetapi diberikan”
lagi-lagi kalimat yang menampar wajah,,
Rabu, 12 September 2012
Panen Buah Penduduk Hutan
Bulan September,
saatnya bagi pohon-pohon di hutan yang sedang berbuah untuk dipanen. Penduduk
hutan pun tidak melewatkan kesempatan ini. Di hari Minggu pagi yang cerah, mereka bersama-sama menuju ke dalam hutan untuk memanen buah-buahan. Tak ketinggalan keluarga kijang merah turut serta. Manggis, rambutan, duku,
salak, jeruk,
durian, dan berbagai
macam buah lain siap untuk dipetik.
Penduduk
hutan pun bahu membahu memanen buah-buah tersebut. Mereka bekerja dengan riang
gembira.
Telah menjadi kebiasaan penduduk hutan
bahwa apabila buah-buah di hutan telah siap untuk dipanen, maka mereka semua
bersama-sama untuk memetiknya, kemudian
mengumpulkannya di satu tempat. Setelah semua pohon telah selesai
dipanen, mereka pun berkumpul di tempat
pengumpulan buah. Dengan cekatan, Tetua
Hutan membagi buah-buahan tersebut untuk seluruh penduduk hutan yang hadir. Semua mendapat bagian yang adil
dan rata, termasuk keluarga kijang
merah. Setelah pembagian buah selesai, mereka semua pun pulang ke pondok
masing-masing di desa pinggir hutan.
Keluarga kijang merah sangat menyukai buah-buahan. Namun mereka mempunyai buah kesukaan masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. Abang Pertama sangat menyukai buah salak. Abang Kedua menyukai buah duku. Kakak Ketiga menyukai buah rambutan. Adik Pertama menyukai buah durian. Adik Imut sangat menyukai buah manggis. Sedangkan Adik Bungsu menyukai buah jeruk. Walaupun berbeda-beda, mereka saling menghargai kesukaan mereka masing-masing. Tidak lama kemudian, buah-buah tersebut habis. Sambil menikmati senja, keluarga kijang merahpun bercengkerama akrab ditemani angin sore yang sejuk.
Sesampainya
di pondok, keluarga kijang
merah sudah
tak sabar untuk segera
menyantap buah-buahan tersebut. Mereka
mencari tempat yang nyaman di sekitar halaman pondok mereka untuk menikmati buah-buah tersebut bersama-sama.
Setelah
mendapat tempat terbaik untuk bersantai, yaitu di bawah pohon yang rindang,
mereka pun segera melahap buah-buah tersebut. Buah yang dipetik langsung dari hutan
memang terasa lebih nikmat dibandingkan buah yang dibeli di pasar.
Keluarga kijang merah sangat menyukai buah-buahan. Namun mereka mempunyai buah kesukaan masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. Abang Pertama sangat menyukai buah salak. Abang Kedua menyukai buah duku. Kakak Ketiga menyukai buah rambutan. Adik Pertama menyukai buah durian. Adik Imut sangat menyukai buah manggis. Sedangkan Adik Bungsu menyukai buah jeruk. Walaupun berbeda-beda, mereka saling menghargai kesukaan mereka masing-masing. Tidak lama kemudian, buah-buah tersebut habis. Sambil menikmati senja, keluarga kijang merahpun bercengkerama akrab ditemani angin sore yang sejuk.
Adik Imut dan Kontes Menyanyi
Sang Raja Hutan
sedang bersedih, entah apa yang terjadi, tidak ada yang tahu pasti penyebabnya, bahkan
Sang Permaisuri pun tidak tahu. Oleh sebab itu, Permaisuri
pun berpikir untuk menghiburnya. Maka diadakanlah kontes menyanyi bagi semua
penduduk hutan. Raja sangat
gemar mendengarkan musik, siapa tahu hal ini dapat membangkitkan kembali
semangatnya. Bagi siapapun yang mampu menghibur Raja dengan nyanyiannya, maka akan
mendapatkan hadiah yang istimewa dari Kerajaan Hutan.
Kemudian tersebarlah kabar tersebut dengan
cepatnya ke seluruh penjuru
hutan. Keluarga kijang merah pun tak luput mendengar berita itu.
Mereka juga ingin agar Sang
Raja kembali gembira seperti sedia
kala. Mereka pun berdiskusi bagaimana caranya. Lalu ditunjuklah Adik imut untuk mengikuti kontes menyanyi tersebut. Kebetulan suara Adik imut yang paling merdu diantara yang lainnya.
Maka berlatihlah Adik Imut, ditemani saudara-saudaranya yang
lain. Apabila
ada yang salah atau kurang, lalu diperbaiki agar menjadi lebih baik. Adik Imut
berlatih dengan keras, dan didukung penuh oleh saudara-saudaranya. Selain itu, mereka pun menyiapkan ‘sesuatu’, untuk diberikan kepada Sang Raja, mereka pun bekerja semalaman untuk
membuatnya. Keluarga kijang merah memang penuh dengan kejutan.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Semua penduduk hutan sudah
berkumpul di halaman istana kerajaan. Halaman istana pun dirubah
menjadi panggung yang cukup megah, layaknya panggung sebuah konser. Setelah semuanya siap,
ditabuhlah genderang kerajaan. Kontes menyanyi pun dimulai.
Ternyata banyak juga penduduk hutan yang
mengikuti kontes menyanyi. Badak, semut, elang, kancil, beruang, zebra, merak dan burung hantu saling berlomba memamerkan
suaranya. Namun belum ada yang bisa membuat Raja terhibur, bereaksi saja tidak. Sang Raja yang duduk di kursi
kebesarannya masih memperlihatkan wajah yang murung. Permaisuri yang duduk di
sebelahnya pun terlihat cemas, sambil terus menggenggam tangan Sang Raja.
Akhirnya tibalah giliran Adik Imut untuk bernyanyi, menunjukkan hasil
latihannya selama ini.
Ketika Adik
Imut berdiri di atas
panggung, tiba-tiba listrik padam. Paniklah semua hadirin. Musik tidak dapat
dinyalakan, mic tidak bisa berbunyi. Adik Imut
pun berpikir, jika dia tetap memaksa untuk bernyanyi, maka suaranya tidak akan
terdengar, karena panggung yang sangat besar dan hadirin yang sangat banyak.
Tiba-tiba muncullah ide. Aha, Adik Imut memang selalu penuh dengan ide.
Tiba-tiba muncullah ide. Aha, Adik Imut memang selalu penuh dengan ide.
Masih dalam suasana panik para hadirin di halaman istana, dengan tenang Adik Imut menggerakkan tangan ke atas, yang kemudian membuat semua terdiam. Apa yang akan
dilakukan Adik Imut?
Tak berapa lama
kemudian, Adik Imut membuat gerakan-gerakan tanpa suara yang lucu, disertai mimik muka
yang juga
lucu. Ternyata Adik Imut ingin berpantomim. Mungkin ini yang
lebih dapat dilakukan dalam keaadaan mati listrik, berpantomin, daripada menyanyi.
Dan tanpa disangka, Sang Raja Hutan
tersenyum melihat tingkah laku Adik Imut.
Dan semakin lebar senyum Sang
Raja, bahkan tertawa, setelah Adik Imut memperlihatkan gerakan-gerakan yang aneh-aneh.
Seluruh hadirin pun ikut tersenyum, bukan karena melihat pertunjukkan Adik Imut, tetapi karena melihat Sang Raja, akhirnya raja mereka tersenyum
kembali.
Setelah pertunjukkan Adik Imut selesai, Sang Raja pun naik ke atas panggung. Sang Raja sangat berterima kasih kepada Adik Imut karena telah berhasil membuatnya tersenyum kembali. Permaisuri pun memberikan hadiah sesuai
perjanjian, walaupun Adik
Imut tidak menyanyi, tetapi dapat
membuat Sang Raja gembira.
Dengan
malu-malu, Adik Imut pun menerima hadiah dari
Permaisuri. Lalu
mengajak saudara-saudaranya, keluarga
kijang merah, untuk naik ke atas panggung.
Di atas panggung, keluarga kijang merah memberikan pula
hadiah untuk Sang Raja, yang telah mereka
persiapkan semalaman suntuk. Sebuah parcel buah-buahan hasil kebun
mereka yang dihias sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti istana kecil. Sang Raja sangat senang menerimanya,
ternyata rakyatnya masih peduli padanya, karena hal inilah yang merisaukannya
akhir-akhir ini, yang membuatnya gundah gulana dan menjadi
tidak tersenyum.
Padahal sebenarnya
seluruh penduduk hutan
masih sangat menyayangi Sang
Raja.
Senin, 10 September 2012
Wisata Blitar
Yupz, tujuan saya kali ini adalah
Blitar. Yah, sebagai kota tetangga, perlu juga untuk dikunjungi sesekali, siapa
tahu rumput tetangga lebih hijau,, ^^v
Tujuan utamanya ke Pantai Tambakrejo,
yang menurut gosip pantainya bagus, jadi biar makin sip, mari kita coba untuk
membuktikannya. Let’s go,,
Di hari Minggu yang cerah (9/9), capcus
dari Kediri jam 9 pagi (ehem, masih bisa dibilang pagi lah ya ^^), saya dan
teman-teman sekantor melakukan perjalanan sepeda motor ke pantai tersebut. Dengan
“sedikit” balapan, tanya sana-sini, melewati lembah dan bukit, ternyata tempatnya
cukup terpencil, jauh dari peradaban (tapi masih ada sinyal kok), trus pantai
ini termasuk daerah kawasan pantai selatan. Setelah menempuh 2 jam, sampailah
kita di Pantai Tambakrejo,, *fiuhhh* *ngelap keringet*
Dan….
*jeng
jeng jeng*
Pantai………….
Akhirnya saya menemukan pantai juga,
setelah tiga bulan merantau,, *terharu*
Ok, saatnya menikmati pantai,,
Cuma, karna kita sampainya udah siang,
dimana sang matahari sedang bersinar dengan asyiknya, jadi teriknya cukup
lumayan, lumayan bisa buat jemuran jadi gosong,, But, no problemo, tetap bisa menikmati
pantai kok,, *tetep semangat*
Ada angin sepoi-sepoi,,
Ada pasir yang putih,,
Ada air laut yang biru,,
Ada ombak yang bergelombang,,
Ada karang yang kokoh,,
Tapi…………. *abaikan*
Pantai Tambakrejo ini cukup indah, ada pantai pasir dan pantai karangnya. Putihnya pasir berpadu dengan hijau dan birunya air. Langit juga ga mau kalah memberikan sentuhan warna biru dan putihnya. Kombinasi warna yang sangat bagus, amazing,,
Trus ombaknya juga ga terlalu besar,
jadi bisa dibuat berenang, banyak juga kok pengunjung yang berenang. Yah,
walopun lebih tepat disebut berendam daripada berenang sebenarnya, he,, Pantainya
juga lumayan rame wisatawan, rame pedagang juga,, ^^v
Puas maen (plus foto-foto ^^) di
kawasan pantai pasir, kitapun menuju bukit karang. Jalan kaki sekitar 10 menit,
sampailah di kekarangan. Disini cuma ada karang dan air. Airnya jernih, jadi
kita bisa ngeliat karang-karang yang terendam air, sayang ga ada ikannya (kalo
ada kan bisa dibawa pulang *eh*). Ada juga beberapa batu karang yang sangat
besar, yang dapat menahan ombak yang datang, sehingga percikan airnya berpencar
ke segala jurusan (jurusan Pare-Wates ada ga yaa? *lol*). Menurut saya, tempat
ini lebih menarik, karena untuk mencapainya, kita harus melewati karang-karang
yang tajam dan licin, untuk menemukan tempat terbaik melihat laut lepas. Disini
juga banyak spot bagus untuk mengabadikan kenangan (baca: foto-foto),,
Setelah puas bernarsis ria, kita pun istirahat, nyari kamar mandi untuk bersih-bersih, trus kita capcus dari pantai ‘n nyari makan di kota. Kenapa di kota? Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang,, ^^v
Setelah muter-muter dan bingung mau
makan apa (prinsip terserah mau makan apa ‘n makan apa aja), sampailah kita di
alun-alun Kota Blitar. Singgah di salah satu warung makan, makan siang plus
sore (udah jam 3 soalnya, jadi sekalian dirapel ^^). Alun-alun Kota Blitar
cukup ramai ternyata. Tempatnya juga lumayan asyik buat nongkrong,,
Tujuan selanjutnya Makam Bung Karno. Mumpung ada di Blitar, sekalian mampir ceritanya. Sampe di Kawasan Wisata Makam Bung Karno, walah tempatnya ramai sekali. Banyak orang yang ingin berziarah ke Makam Bung Karno, tidak hanya saya saja ternyata, haha,,
Uniknya, disini banyak becak, dan sangat
diminati oleh wisatawan. Mungkin karna kendaraan roda 4 ga boleh masuk kawasan makam,
jadi salah satu alternatif ya naik becak. Soalnya dari tempat parkir kendaraan
roda 4 ke Makam Bung Karnonya lumayan jauh. Bisa juga sih jalan kaki, sambil
melihat-lihat, coz disepanjang jalan banyak toko-toko souvenir, jadi ga
ngebosenin. Yah, mungkin untuk perekonomian juga kali ya, makanya disetting
seperti itu. Tukang becak itu mengantarkan penumpangnya dari parkiran mobil ke
makam, nanti tukang becaknya nungguin sampe penumpang tersebut selesai berkunjung
ke makam, trus nanti dianter lagi ke parkiran mobil. Tapi kalo kendaraaan roda
dua bisa parkir di deket-deket makam, jadi ga perlu nyewa becak,, ^^v
Waktu mau masuk kawasan makam,
ternyata harus daftar dulu, nulis nama di buku pegunjung. Ada kamera CCTVnya
juga lho di kantornya, walah udah canggih ya, he,,
Ternyata ga cuma makam aja, ada perpustakaan sama museum juga, tempatnya juga luas, menarik,,
Kita liat-liat museum dulu,,
Di depan museum, ada patung besar Bung
Karno sedang duduk di kursi sambil membaca buku, keren banget,, ^^
Museum ini berisi semua tentang Bung
Karno, mulai dari lukisan, foto-foto, patung, pakaian, bendera (bendera asli
jahitan Ibu Fatmawati), uang gambar Bung Karno, perangko seri Bung Karno, garuda
pancasila, dan benda-benda peninggalan Bung Karno. Wah, rasa nasionalisme saya
tiba-tiba meningkat. Jadi tambah kagum sama bung karno,, =D
Puas
keliling museum, kita ke makam, tadinya mau ke perpustakaan juga, tapi sayang ditutup,,
Sepanjang jalan dari museum ke makam,
di salah satu sisi dinding, ada relief yang menceritakan sejarah perjuangan
Bung Karno untuk Indonesia, sungguh besar jasa beliau,,
Sampai di makam, sudah banyak
orang-orang yang duduk mengelilingi makam beliau sambil berdoa, mendoakan yang
terbaik untuk beliau. Walaupun sudah wafat, tetapi masih menyisakan semangat
perjuangan. Di samping kiri dan kanan makam beliau, terdapat makam ayah dan ibu
beliau,,
Setelah dari makam, kita pun beranjak
pulang, ternyata jalan masuk dan pulang berbeda. Pas pulang, kita harus melalui
semacam lorong panjang yang di sepanjang sisi kiri dan kanannya terdapat berbagai
macam toko-toko souvenir dan oleh-oleh, kira-kira 15 menit kemudian baru muncul
ke area terbuka. Sepertinya (lagi-lagi) sudah disetting, biar pengunjung tahu
keberadaan tempat jualan tersebut, sehingga mungkin ada yang berminat untuk
berbelanja. Yah lumayan lah buat cuci mata, walopun saya ga beli, he,,
Udah mau magrib, yuk ah, cus balik ke Kediri,,
Terima kasih Blitar......
^o^
Langganan:
Postingan (Atom)