Kamis, 18 Oktober 2012

Ulang tahun, hadiah, dan senyum Kakak Ketiga


            Sebentar lagi Kakak Ketiga akan berulang tahun, keluarga kijang merah tengah sibuk menyiapkan pesta untuk merayakannya. Mereka membuat kue, menyebar undangan, dan tidak lupa menyiapkan pula kejutan untuk Kakak Ketiga. Untuk hal yang terakhir ini tanpa sepengetahuan Kakak Ketiga tentunya.
            Hari yang dinanti pun tiba. Pesta ulang tahun Kakak Ketiga berlangsung meriah. Seluruh penduduk hutan hadir untuk mengucapkan selamat. Tidak lupa Paman juga turut hadir. Paman datang jauh-jauh dari kota untuk ikut merayakan ulang tahun Kakak Ketiga. Kakak Ketiga sangat bahagia di hari ulang tahunnya ini.
             

           Acara pun dimulai. Tiup lilin, potong kue, dan kemudian pemberian hadiah. Banyak sekali hadiah yang didapatkan Kakak Ketiga. Sedangkan keluarga kijang merah sendiri telah menyiapkan sesuatu yang istimewa.
            Lewat tengah malam, di saat acara hampir berakhir, tiba-tiba muncul kembang api di langit hutan yang gelap. Kemudian perlahan-lahan beterbangan lampion warna-warni. Kakak Ketiga terpana melihat pemandangan langit malam yang semula gelap, menjadi terang benderang berhiaskan kembang api dan lampion. Akh, sangat indah sekali.
Kemudian Adik Imut pun meminta Kakak Ketiga untuk membuka papan yang memang sejak acara dimulai selalu tertutup kain. Kakak Ketiga sendiri tidak tahu menahu tentang papan itu. Dengan perlahan-lahan, dibukalah kain penutup papan tersebut. Dan deretan bunga cantik bertuliskan “Selamat Ulang Tahun Kakak Ketiga, kami menyanyangimu” pun semakin membuat Kakak Ketiga terkejut. Huruf-huruf dari bunga-bunga cantik ini dirangkai sendiri oleh Abang Pertama, Abang Kedua, Adik Pertama, Adik Imut, dan Adik Bungsu. Dan ini sungguh membuat Kakak Ketiga gembira, dia sangat menyayangi saudara-saudaranya.
Akhirnya, acara pun selesai. Semua hadirin pulang ke pondok masing-masing. Kakak Ketiga pun segera membuka hadiah-hadiahnya, saudara-saudaranya yang lain juga ikut membantu. Dari sekian banyak hadiah yang diperoleh, hadiah buku cerita bergambar pemberian Paman lah yang sangat menarik perhatian Kakak Ketiga. Kakak Ketiga pun tidak sabar untuk segera membaca buku tersebut. Tak lama kemudian dia mulai hanyut dalam bacaannya. Keluarga kijang merah pun memakluminya, karena Kakak Ketiga memang suka sekali membaca, mereka pun membiarkan Kakak Ketiga asyik sendiri dengan buku barunya.
            Namun, keanehan mulai terjadi. Sejak pesta ulang tahun hingga seminggu setelahnya, sikap Kakak Ketiga mulai berubah. Kakak Ketiga masih saja asyik sendiri dengan buku cerita bergambarnya. Saat makan bersama pun, walaupun Kakak Ketiga sedang makan bersama kijang merah yang lain, namun pikirannya tidak berada di meja makan, entah ada dimana. Setelah makan selesai, Kakak Ketiga kembali asyik dengan bukunya.
            Hal ini membuat saudara-saudaranya menjadi heran, dan juga meresahkan mereka. Apa yang sedang terjadi dengan Kakak Ketiga? Semenarik apa buku itu hingga membuat Kakak Ketiga berubah sikap seperti ini, seakan-akan tidak peduli lagi denagn hal lain. Namun, tidak ada yang dapat mereka lakukan. Membiarkan Kakak Ketiga adalah pilihan yang tepat untuk saaat ini. Mereka berpikir, kalau sudah selesai dengan bukunya, Kakak Ketiga pasti akan kembali seperti semula. Namun mereka tetap saja mengkhawatirkan keadaan Kakak Ketiga.
            Beberapa hari kemudian, pondok keluarga kijang merah yang hangat dan tenang tiba-tiba dikejutkan oleh teriakan Kakak Ketiga. Kakak Ketiga kehilangan buku cerita bergambarnya. Semua anggota keluarga kijang merah pun bingung, dan ikut membantu mencari. Seisi rumah sudah diperiksa dengan sangat teliti, namun barang yang dicari tidak ketemu.
            Kakak Ketiga sangat bersedih karena bukunya hilang, padahal ia sangat menyukainya. Kakak Ketiga pun menangis. Ini akibat kesalahannya. Ia tidak menyimpan buku itu dengan baik dan menaruhnya di sembarang tempat, sehingga hilang dan tidak tahu ada dimana sekarang. Entah kenapa buku itu sangat berharga untuknya, buku itu yang selalu menemaninya akhir-akhir ini.
Saudara-saudaranya yang lain pun mencoba untuk menghiburnya. Adik Pertama pun memeluk Kakak Ketiga, mencoba untuk menenangkannya. Abang Pertama, Abang Kedua, Adik Imut, dan Adik Bungsu juga memberinya semangat.
“Jangan menangis, Kakak Ketiga punya kami. Kami akan selalu ada untuk Kakak Ketiga, apapun yang terjadi pada Kakak Ketiga, kami selalu menyanyangi Kakak Ketiga.”
Mendengar ucapan Adik Pertama tersebut, tiba-tiba Kakak Ketiga tersadar dalam tangisnya. “aku punya kalian”, kata-kata itu pun mengusiknya, “aku punya kalian”, kenapa selama ini ia melupakannya. Ya, Kakak Ketiga mempunyai lima saudara yang akan selalu peduli padanya, yang akan selalu menjaganya.
Buku bergambar itu telah membuatnya asyik sendiri, membuatnya lupa akan saudara-saudaranya. Namun, saudara-saudaranya tidak pernah melupakannya. 
“Kami rindu Kakak Ketiga yang dulu, yang selalu tersenyum dan riang gembira. Namun akhir-akhir ini Kakak Ketiga sering terlihat melamun sambil memandangi buku cerita bergambar itu”, ucap Adik Bungsu dengan polosnya.
Paman yang mendengar berita inipun segera datang berkunjung ke pondok kijang merah. Beliau pun menghibur Kakak Ketiga agar tidak bersedih lagi. Dan beliau juga berjanji akan membelikan buku cerita bergambar itu lagi jika Kakak Ketiga memang sangat menyukainya. Namun Kakak Ketiga sudah sadar, ia tidak memerlukan buku itu lagi. Kehilangan buku itu memang membuatnya sangat sedih, namun ia mempunyai sesuatu yang lebih berharga daripada buku itu. Saudaranya-saudaranya, keluarga kijang merah, yang akan selalu mendukungnya. 
            “Aku tidak perlu buku itu, karena aku sudah punya kalian. Terima kasih untuk ketulusan kalian.” Senyum Kakak Ketiga pun kembali hadir menghiasi wajahnya. Keluarga kijang merah pun berpelukan dengan suka cita.