Sebentar
lagi Kakak Ketiga akan berulang tahun, keluarga kijang merah tengah sibuk
menyiapkan pesta untuk merayakannya. Mereka membuat kue, menyebar undangan, dan
tidak lupa menyiapkan pula kejutan untuk Kakak Ketiga. Untuk hal yang terakhir
ini tanpa sepengetahuan Kakak Ketiga tentunya.
Hari yang
dinanti pun tiba. Pesta ulang tahun Kakak Ketiga berlangsung meriah. Seluruh
penduduk hutan hadir untuk mengucapkan selamat. Tidak lupa Paman juga turut
hadir. Paman datang jauh-jauh dari kota untuk ikut merayakan ulang tahun
Kakak Ketiga. Kakak Ketiga sangat bahagia di hari ulang tahunnya ini.
Acara pun dimulai. Tiup lilin, potong kue, dan kemudian pemberian hadiah. Banyak sekali hadiah yang didapatkan Kakak Ketiga. Sedangkan keluarga kijang merah sendiri telah menyiapkan sesuatu yang istimewa.
Kemudian Adik Imut pun meminta Kakak Ketiga untuk membuka
papan yang memang sejak acara dimulai selalu tertutup kain. Kakak Ketiga
sendiri tidak tahu menahu tentang papan itu. Dengan perlahan-lahan, dibukalah
kain penutup papan tersebut. Dan deretan bunga cantik bertuliskan “Selamat Ulang
Tahun Kakak Ketiga, kami menyanyangimu” pun semakin membuat Kakak Ketiga
terkejut. Huruf-huruf dari bunga-bunga cantik ini dirangkai sendiri oleh Abang
Pertama, Abang Kedua, Adik Pertama, Adik Imut, dan Adik Bungsu. Dan ini sungguh
membuat Kakak Ketiga gembira, dia sangat menyayangi saudara-saudaranya.
Akhirnya, acara pun selesai. Semua hadirin pulang ke pondok
masing-masing. Kakak Ketiga pun segera membuka hadiah-hadiahnya,
saudara-saudaranya yang lain juga ikut membantu. Dari sekian banyak hadiah yang
diperoleh, hadiah buku cerita bergambar pemberian Paman lah yang sangat menarik
perhatian Kakak Ketiga. Kakak Ketiga pun
tidak sabar untuk segera membaca buku tersebut. Tak lama kemudian dia mulai hanyut
dalam bacaannya. Keluarga kijang merah pun memakluminya, karena Kakak Ketiga
memang suka sekali membaca, mereka pun membiarkan Kakak Ketiga asyik sendiri
dengan buku barunya.
Namun, keanehan mulai terjadi. Sejak
pesta ulang tahun hingga seminggu setelahnya, sikap Kakak Ketiga mulai berubah.
Kakak Ketiga masih saja asyik sendiri dengan buku cerita bergambarnya. Saat
makan bersama pun, walaupun Kakak Ketiga sedang makan bersama kijang merah yang
lain, namun pikirannya tidak berada di meja makan, entah ada dimana. Setelah
makan selesai, Kakak Ketiga kembali asyik dengan bukunya.
Hal ini
membuat saudara-saudaranya menjadi heran, dan juga meresahkan mereka. Apa yang
sedang terjadi dengan Kakak Ketiga? Semenarik apa buku itu hingga membuat Kakak
Ketiga berubah sikap seperti ini, seakan-akan tidak peduli lagi denagn hal
lain. Namun, tidak ada yang dapat mereka lakukan. Membiarkan Kakak Ketiga
adalah pilihan yang tepat untuk saaat ini. Mereka berpikir, kalau sudah selesai
dengan bukunya, Kakak Ketiga pasti akan kembali seperti semula. Namun mereka
tetap saja mengkhawatirkan keadaan Kakak Ketiga.
Beberapa
hari kemudian, pondok keluarga kijang merah yang hangat dan tenang tiba-tiba
dikejutkan oleh teriakan Kakak Ketiga. Kakak Ketiga kehilangan buku cerita
bergambarnya. Semua anggota keluarga kijang merah pun bingung, dan ikut
membantu mencari. Seisi rumah sudah diperiksa dengan sangat teliti, namun
barang yang dicari tidak ketemu.
Kakak
Ketiga sangat bersedih karena bukunya hilang, padahal ia sangat menyukainya.
Kakak Ketiga pun menangis. Ini akibat kesalahannya. Ia tidak menyimpan buku itu
dengan baik dan menaruhnya di sembarang tempat, sehingga hilang dan tidak tahu
ada dimana sekarang. Entah kenapa buku itu sangat berharga untuknya, buku itu
yang selalu menemaninya akhir-akhir ini.
Saudara-saudaranya yang lain pun mencoba untuk menghiburnya.
Adik Pertama pun memeluk Kakak Ketiga, mencoba untuk menenangkannya. Abang
Pertama, Abang Kedua, Adik Imut, dan Adik Bungsu juga memberinya semangat.
“Jangan menangis, Kakak Ketiga punya kami. Kami akan selalu
ada untuk Kakak Ketiga, apapun yang terjadi pada Kakak Ketiga, kami selalu
menyanyangi Kakak Ketiga.”
Mendengar ucapan Adik Pertama tersebut, tiba-tiba Kakak Ketiga
tersadar dalam tangisnya. “aku punya kalian”, kata-kata itu pun mengusiknya,
“aku punya kalian”, kenapa selama ini ia melupakannya. Ya, Kakak Ketiga
mempunyai lima saudara yang akan selalu peduli padanya, yang akan selalu
menjaganya.
Buku bergambar itu telah membuatnya asyik sendiri,
membuatnya lupa akan saudara-saudaranya. Namun, saudara-saudaranya tidak pernah melupakannya.
“Kami rindu Kakak Ketiga yang dulu, yang selalu tersenyum
dan riang gembira. Namun akhir-akhir ini Kakak Ketiga sering terlihat melamun
sambil memandangi buku cerita bergambar itu”, ucap Adik Bungsu dengan polosnya.
Paman yang mendengar berita inipun segera datang berkunjung
ke pondok kijang merah. Beliau pun menghibur Kakak Ketiga agar tidak bersedih
lagi. Dan beliau juga berjanji akan membelikan buku cerita bergambar itu lagi
jika Kakak Ketiga memang sangat menyukainya. Namun Kakak Ketiga sudah sadar, ia
tidak memerlukan buku itu lagi. Kehilangan buku itu memang membuatnya sangat
sedih, namun ia mempunyai sesuatu yang lebih berharga daripada buku itu.
Saudaranya-saudaranya, keluarga kijang merah, yang akan selalu mendukungnya.
“Aku tidak
perlu buku itu, karena aku sudah punya kalian. Terima kasih untuk ketulusan kalian.” Senyum Kakak Ketiga pun kembali hadir menghiasi wajahnya. Keluarga kijang merah pun
berpelukan dengan suka cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar