Sang Raja Hutan
sedang bersedih, entah apa yang terjadi, tidak ada yang tahu pasti penyebabnya, bahkan
Sang Permaisuri pun tidak tahu. Oleh sebab itu, Permaisuri
pun berpikir untuk menghiburnya. Maka diadakanlah kontes menyanyi bagi semua
penduduk hutan. Raja sangat
gemar mendengarkan musik, siapa tahu hal ini dapat membangkitkan kembali
semangatnya. Bagi siapapun yang mampu menghibur Raja dengan nyanyiannya, maka akan
mendapatkan hadiah yang istimewa dari Kerajaan Hutan.
Kemudian tersebarlah kabar tersebut dengan
cepatnya ke seluruh penjuru
hutan. Keluarga kijang merah pun tak luput mendengar berita itu.
Mereka juga ingin agar Sang
Raja kembali gembira seperti sedia
kala. Mereka pun berdiskusi bagaimana caranya. Lalu ditunjuklah Adik imut untuk mengikuti kontes menyanyi tersebut. Kebetulan suara Adik imut yang paling merdu diantara yang lainnya.
Maka berlatihlah Adik Imut, ditemani saudara-saudaranya yang
lain. Apabila
ada yang salah atau kurang, lalu diperbaiki agar menjadi lebih baik. Adik Imut
berlatih dengan keras, dan didukung penuh oleh saudara-saudaranya. Selain itu, mereka pun menyiapkan ‘sesuatu’, untuk diberikan kepada Sang Raja, mereka pun bekerja semalaman untuk
membuatnya. Keluarga kijang merah memang penuh dengan kejutan.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Semua penduduk hutan sudah
berkumpul di halaman istana kerajaan. Halaman istana pun dirubah
menjadi panggung yang cukup megah, layaknya panggung sebuah konser. Setelah semuanya siap,
ditabuhlah genderang kerajaan. Kontes menyanyi pun dimulai.
Ternyata banyak juga penduduk hutan yang
mengikuti kontes menyanyi. Badak, semut, elang, kancil, beruang, zebra, merak dan burung hantu saling berlomba memamerkan
suaranya. Namun belum ada yang bisa membuat Raja terhibur, bereaksi saja tidak. Sang Raja yang duduk di kursi
kebesarannya masih memperlihatkan wajah yang murung. Permaisuri yang duduk di
sebelahnya pun terlihat cemas, sambil terus menggenggam tangan Sang Raja.
Akhirnya tibalah giliran Adik Imut untuk bernyanyi, menunjukkan hasil
latihannya selama ini.
Ketika Adik
Imut berdiri di atas
panggung, tiba-tiba listrik padam. Paniklah semua hadirin. Musik tidak dapat
dinyalakan, mic tidak bisa berbunyi. Adik Imut
pun berpikir, jika dia tetap memaksa untuk bernyanyi, maka suaranya tidak akan
terdengar, karena panggung yang sangat besar dan hadirin yang sangat banyak.
Tiba-tiba muncullah ide. Aha, Adik Imut memang selalu penuh dengan ide.
Tiba-tiba muncullah ide. Aha, Adik Imut memang selalu penuh dengan ide.
Masih dalam suasana panik para hadirin di halaman istana, dengan tenang Adik Imut menggerakkan tangan ke atas, yang kemudian membuat semua terdiam. Apa yang akan
dilakukan Adik Imut?
Tak berapa lama
kemudian, Adik Imut membuat gerakan-gerakan tanpa suara yang lucu, disertai mimik muka
yang juga
lucu. Ternyata Adik Imut ingin berpantomim. Mungkin ini yang
lebih dapat dilakukan dalam keaadaan mati listrik, berpantomin, daripada menyanyi.
Dan tanpa disangka, Sang Raja Hutan
tersenyum melihat tingkah laku Adik Imut.
Dan semakin lebar senyum Sang
Raja, bahkan tertawa, setelah Adik Imut memperlihatkan gerakan-gerakan yang aneh-aneh.
Seluruh hadirin pun ikut tersenyum, bukan karena melihat pertunjukkan Adik Imut, tetapi karena melihat Sang Raja, akhirnya raja mereka tersenyum
kembali.
Setelah pertunjukkan Adik Imut selesai, Sang Raja pun naik ke atas panggung. Sang Raja sangat berterima kasih kepada Adik Imut karena telah berhasil membuatnya tersenyum kembali. Permaisuri pun memberikan hadiah sesuai
perjanjian, walaupun Adik
Imut tidak menyanyi, tetapi dapat
membuat Sang Raja gembira.
Dengan
malu-malu, Adik Imut pun menerima hadiah dari
Permaisuri. Lalu
mengajak saudara-saudaranya, keluarga
kijang merah, untuk naik ke atas panggung.
Di atas panggung, keluarga kijang merah memberikan pula
hadiah untuk Sang Raja, yang telah mereka
persiapkan semalaman suntuk. Sebuah parcel buah-buahan hasil kebun
mereka yang dihias sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti istana kecil. Sang Raja sangat senang menerimanya,
ternyata rakyatnya masih peduli padanya, karena hal inilah yang merisaukannya
akhir-akhir ini, yang membuatnya gundah gulana dan menjadi
tidak tersenyum.
Padahal sebenarnya
seluruh penduduk hutan
masih sangat menyayangi Sang
Raja.
haha...
BalasHapuskeren-keren...
campur sari tapi nyambung..
langsung mikir, sang raja itu ps-nya adek imut..
hegheg...