Alkisah, di suatu desa yang tenang
di dalam hutan yang damai, hiduplah sebuah keluarga kijang merah. Keluarga
tersebut terdiri dari enam bersaudara. Abang pertama, abang kedua, kakak
ketiga, adik pertama, adik kedua dan adik bungsu. Keluarga ini hidup bahagia dan
saling menjaga satu sama lain.
Pada suatu pagi yang cerah, abang
kedua mengikuti lomba menangkis bola. Semua saudarapun menyaksikan lomba
tersebut. Mereka semua memberikan dukungannya.
Give me A,,
Give me Bang,,
Give me Ke,,
Give me Dua,,
Give me ABANG KEDUA....
Mereka bersorak layaknya tim
cheerleader, disertai dengan gerakan-gerakan tangan dan formasi-formasinya
(piramida, salto dan kayang).
Abang keduapun merasa sedikit grogi.
Namun, kehadiran saudara-saudaranya memotivasinya untuk menampilkan yang
terbaik. Akhirnya abang kedua menang dan melaju ke babak selanjutnya.
Kemudian, giliran kakak ketiga yang
mengikuti lomba, lomba melempar bola. Setelah latihan yang cukup dalam hal
sorak-menyorak, semua saudarapun menyaksikan lomba tersebut.
Say Ka,,
Say Kak,,
Say Ke,,
Say Ti,,
Say Ga,,
Say KAKAK KETIGA....
Masih dengan teriakan-teriakan
penyemangat dan membentuk berbagai formasi ala cheerleader (piramida, salto,
kayang, ditambah split), mereka tak henti-hentinya memberikan dukungan.
Kakak ketigapun menjadi bersemangat.
Dan akhirnya dia memenangkan lomba yang membuatnya lolos ke babak berikutnya.
Mereka semuapun kembali ke pondok
dengan riang gembira, membawa kemenangan yang diraih abang kedua dan kakak
ketiga.
Namun, ada yang aneh dengan abang
pertama. Dia begitu pendiam di tengah hingar bingar kegembiraan
saudara-saudaranya yang lain. Memang sifat dasar dari abang pertama ini
pendiam. Namun kali ini, diamnya berbeda. Diam karena sedang dilanda masalah,
diam karena memikirkan sesuatu.
Adik kedua yang sangat peka
menyadari keanehan yang terjadi pada abang pertama. Akhirnya abang pertamapun
bercerita tentang kegundahan yang sedang melanda hatinya. Cobaan hidup yang
sedang mengujinya dalam menggapai mimpi.
Lalu, adik keduapun berdiskusi
dengan saudara-saudara yang lain, apa yang bisa dilakukan untuk menghibur abang
pertama, agar abang pertama kembali ceria.
Dan muncullah ide untuk mengadakan
acara bakar ikan.
Abang pertamapun setuju-setuju saja
dengan rencana ini. Adik kedua lalu mencari ikan di sungai di tepi hutan.
Sedangkan saudara-saudara yang lain mempersiapkan segala sesuatunya untuk
memeriahkan acara tersebut.
Acarapun dimulai dan diadakan di
halaman belakang pondok mereka yang cukup luas. Lumayan banyak ikan yang didapatkan
adik kedua. Namun sayangnya, si adik kedua ini tidak suka ikan, jadi tidak bisa
menikmati hasil tangkapannya.
Adik bungsu yang sangat menyukai
ikan sangat bersemangat terhadap kegiatan ini. Bersama dengan abang kedua, dia
mengipas-kipas bara api yang membakar ikan. Saudara-saudara yang lain hanya
memperhatikan keasyikan mereka sambil mempersiapkan hidangan lain.
Ikan telah matang, hidangan lainpun
telah siap. Diawali dengan berdoa, mereka lalu menyantapnya dengan lahap. Adik
kedua hanya melihat saudara-saudaranya memakan ikan, sedangkan dia melahap
hidangan lain. Sambil menikmati hidangan yang disajikan, mereka semua bercanda
dan tertawa.
Tiba-tiba, adik pertama bersorak,
kemudian diikuti abang kedua dan adik bungsu, kakak ketiga dan adik keduapun
menyusul.
Go Abang,,
Go go Abang,,
Go Abang,,
Go go Abang,,
Go ABANG PERTAMA....
Abang pertama merasa terharu dan
merasakan kebersamaan yang sangat indah. Betapa peduli dan sayangnya mereka
kepadanya. Mereka tidak ingin melihatnya bersedih. Mereka hanya menginginkan
yang terbaik untuknya. Abang pertamapun kembali bersemangat dalam menghadapi
apa yang sedang melandanya. Berusaha kembali untuk menggapai mimpinya. Karena
hidup berawal dari mimpi.
(bersambung...)
Nantikan kisah selanjutnya.
-ini hanyalah sebuah dongeng untuk
diceritakan kepada anak sebelum tidur, jika ada persamaan dengan apapun, itu
merupakan suatu ketidaksengajaan-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar