senin => ungu
selasa => merah
rabu => hijau
kamis => kuning
jum'at => putih
sabtu => pink
minggu => biru
Jumat, 05 April 2013
Kunang-Kunang untuk Si Bungsu
Di minggu pagi yang cerah, abang
kedua dan adik kedua sudah bersiap-siap hendak pergi. Adik bungsu yang melihat
pun bertanya kepada mereka hendak kemana. Namun mereka tidak memberitahukan
tujuan mereka. Adik bungsu pun merengek untuk minta ikut, tetapi mereka tidak
memperbolehkannya. Adik bungsu harus tinggal di rumah, membantu
saudara-saudaranya yang lain. Dengan wajah cemberut, adik bungsu mengantar
abang kedua dan adik kedua hingga pintu gerbang pondok. Dia menunggu hingga
mereka tak terlihat lagi di kejauhan hutan.
Didalam pondok, kakak ketiga dan adik
pertama sedang sibuk memasak untuk sarapan keluarga kijang merah. Adik bungsu
pun segera bergabung dengan mereka. Entah kenapa, banyak sekali masakan yang
akan dimasak kakak ketiga, seperti akan ada pesta saja. Namun kakak ketiga
tidak berkata apa-apa dan adik bungsu pun tidak bertanya apa-apa. Abang pertama
juga sedang sibuk dibelakang pondok, memilah-milah kayu untuk dibakar. Banyak
sekali kayu yang akan dipilahnya.
Sungguh
minggu pagi yang menyibukkan, tetapi mereka semua melakukannya dengan senang
hati dan riang gembira.
Setelah selesai memasak, berkumpullah
keluarga kijang merah di ruang makan untuk sarapan, tanpa kehadiran abang kedua
dan adik kedua karena ternyata mereka belum juga kembali. Maka sarapanlah
mereka berempat. Masakan yang dimasak kakak ketiga dan adik pertama dengan
dibantu adik bungsu sangatlah lezat, bahkan abang pertama menambah hingga dua
kali. Sambil menikmati sarapan bersama, mereka pun bercengkerama hangat.
Selesai sarapan, kakak ketiga dan adik
pertama kembali sibuk di dapur. Adik bungsu masih ingin membantu, tetapi dia
segera ingat bahwa dia punya PR yang harus dikumpulkan esok hari sehingga harus
dikerjakan sekarang. Adik bungsu pun tenggelam dalam kegiatan membuat PRnya.
Abang pertama masih berkutat dengan kayu-kayunya di halaman belakang pondok.
Tidak berselang lama, adik bungsu
mulai gundah. Ada beberapa pertanyaan dari PRnya yang tidak bisa dia jawab,
tetapi dia enggan menanyakannya kepada saudara-saudaranya yang lain. Dia harus
bisa menyelesaikannya sendiri. Ya, harus bisa sendiri, soalnya dia sudah besar,
harus bisa mandiri, begitu pikir si adik bungsu. Dibolak-baliknya buku-buku
pelajaran, namun tak juga ditemukan jawabannya. Biasanya, di saat seperti ini,
ada abang kedua yang menemani dan membantunya. Namun abang kedua sedang pergi,
entah kemana. Hmm, adik bungsu pun mulai melamun, siapa tau dia akan mendapat
jawabannya.
Sore harinya, abang kedua dan adik
kedua pulang. Adik bungsu pun menyambutnya dengan riang. Adik bungsu memang paling
gembira melihat kedatangan abang kedua. Dia ingin segera mendiskusikan PRnya
dengan abang kedua. Namun, abang kedua dan adik kedua kembali sibuk dengan
kegiatan mereka dan memohon agar adik bungsu tidak mengganggu. Adik bungsu pun
kembali cemberut. Sebenarnya dia penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan
oleh saudara-saudaranya seharian ini. Kakak ketiga dan adik pertama sibuk
sekali di dapur. Abang kedua dan adik kedua pergi pagi-pagi sekali dan baru
kembali sore, itu pun sudah sibuk lagi di halaman belakang. Abang pertama juga
entah kenapa tiba-tiba jadi suka sekali dengan kayu bakar. Namun rasa penasaran
adik bungsu ini hanya bisa disimpannya dalam hati. Dia tidak ingin mengganggu
saudara-saudaranya, lebih baik dia berkonsentrasi mengerjakan PRnya yang belum
selesai.
Matahari pun tenggelam di kejauhan hutan,
serangga-serangga hutan mulai memamerkan keindahan suaranya, sungguh suara alam
yang sangat merdu. Keluarga kijang merah sedang bersiap untuk makan malam
bersama. Ternyata kakak ketiga dan adik pertama sudah memasak masakan spesial
untuk malam ini. Mereka pun menyantap dengan lahapnya. Sembari makan, mereka
pun bercanda ria seperti biasanya.
Abang kedua pun menanyakan perihal PR
kepada adik bungsu. Apakah sudah dikerjakan, apakah ada yang sulit dan butuh
bantuan? Adik bungsu hanya menggeleng dan berkata bahwa semuanya baik-baik
saja. Padahal PRnya belum selesai semua, namun dia masih enggan meminta bantuan
siapapun.
Selesai makan malam, keluarga kijang
merah berkumpul di ruang keluarga, sambil mengobrol dengan hangat. Mereka pun
merindukan abang tertua yang sedang berada di kota, kapankah ia akan kembali,
serta Paman yang akhir-akhir ini jarang datang berkunjung.
Kemudian abang kedua mengajak semuanya
untuk ke halaman depan pondok. Menikmati sinar rembulan katanya. Memang indah
rembulan di langit hutan pada malam hari. Sayangnya saat itu tidak ada bintang.
Bulan di langit malam hutan tanpa ditemani bintang-bintang, rasanya seperti ada
yang kurang.
Abang kedua pun meminta
saudara-saudaranya untuk terus menatap langit. Mereka semua pun menurutinya dan
terus menatap ke langit malam tanpa bintang.
Tiba-tiba muncullah kerlap kerlip
berhamburan di langit hutan yang gelap. Kerlap-kerlip yang semakin lama semakin
banyak. Langit malam pun menjadi penuh bintang yang berkerlap-kerlip. Selain
berkerlap-kerlip, bintang-bintang itu pun dapat bergerak kesana-kemari. Indah
sekali.
Keluarga kijang merah memandang
pemandangan ini dengan terpana, terutama adik bungsu, dia merasa takjub. Dia
sangat menyukai bintang kerlap-kerlip yang dapat bergerak itu.
Adik bungsu masih saja menatap langit,
tanpa mengetahui bahwa saudara-saudaranya yang lain telah meninggalkannya
secara diam-diam.
Saat dia menoleh untuk memberitahukan
saudara-saudaranya yang lain bahwa langit saat ini sangatlah indah, ternyata
sudah tidak ada siapa-siapa. Adik bungsu pun bingung, kemana menghilangnya
saudara-saudaranya yang lain. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak
ada siapa-siapa. Namun dia menemukan setitik cahaya di bawah, di halaman
rumput. Adik bungsu pun mendekati cahaya itu, ternyata lilin. Dan lilin
tersebut menyambung ke lilin yang lain, seakan membentuk jalan cahaya yang
panjang. Tanpa sadar, adik bungsu mengikuti jalan cahaya lilin itu, dia semakin
penasaran dengan keadaan yang aneh ini.
Lilin-lilin itu menuju halaman
belakang pondok. Sesampainya di belakang pondok, terkejutlah adik bungsu.
Terdapat tulisan bercahaya “A D I
K B U N G S U”.
Sambil
masih terkejut, adik bungsu mendekati tulisan cahaya tersebut. Ternyata lilin-lilin
disusun membentuk tulisan itu dan dirangkai indah sedemikian rupa dengan
kayu-kayu yang tertata apik. Adik bungsu masih sangat terkejut dengan hal ini
ketika tiba-tiba muncul semua saudara-saudaranya dari belakang mengagetkannya.
Hahaha, ternyata ini semua ulah iseng
saudara-saudaranya. Mereka ingin memberi sedikit kejutan untuk adik bungsu yang
sangat mereka sayangi.
Ya, akhir-akhir ini mereka sering
melihat adik bungu sering termenung ketika sedang mengerjakan PRnya. Mereka
tahu kalau adik bungsu sedang kesulitan mengerjakan PRnya, namun karena adik
bungsu tidak meminta bantuan mereka, mereka pun berpikir belum saatnya untuk
membantu adik bungsu, mereka percaya kepada adik bungsu, bahwa adik bungsu bisa
menyelesaikannya sendiri. Karena si bungsu mulai beranjak dewasa.
Mereka hanya ingin memberi semangat
dan motivasi kepada adik bungsu, bahwa mereka tetap mendukungnya dan akan
selalu dengan senang hati membantu adik bungsu ketika dibutuhkan, terutama
abang kedua, yang memang selalu diandalkan oleh si bungsu.
Ternyata, kepergian abang kedua dan
adik kedua pagi-pagi sekali tadi adalah untuk mencari kunang-kunang, bintang
kerlap-kerlip yang dapat bergerak yang sangat disukai adik bungsu. Abang
pertama pun begitu sibuk dengan kayu-kayunya untuk menyiapkan kejutan lilin
bercahaya. Kakak ketiga dan adik pertama di dapur pun tak kalah sibuk
menyiapkan sajian spesial hari ini.
Adik bungsu pun sangat senang, ya dia
sangat menyadari betapa sayangnya saudara-saudaranya kepada dirinya. Dan dia
juga sangat menyayangi saudara-saudaranya. Ah, betapa beruntungnya dia.
Di bawah langit malam hutan, diterangi
cahaya bulan, ditemani bintang kerlap-kerlip yang bergerak mengelilingi pondok,
serta lilin bercahaya yang sungguh anggun, keluarga kijang merah duduk di
halaman pondok sambil menikmati itu semua, bersama-sama.
Langganan:
Postingan (Atom)